Sunday, March 17, 2013

Cobalah Sedikit Berfikir,,,,,,,,,,,,,,

Apa yang biasa kita alami dalam kehidupan sehari-hari mungkin tanpa disadari hal tersebut bukan yang seharusnya tetapi sudah menjadi sebuah kebiasaan sehingga anggapan yang berkembang dalam pikiran kita adalah perbuatan atau tindakan tersubut adalah hal yang benar. Kita terlalu terbiasa melakukan hal-hal yang biasanya bukan hal yang sebenarnya.

Saya ingin mencoba merubah (berusaha memperbaiki kalu bisa) pola pikir yang terlanjur berkembang yang menurut bahasa saya adalah sesuatu yang salah kaprah. Membuka pemikiran seseorang walaupun sulit akan menjadi sesuatu yang mungkin dengan memaparkan beberapa contoh-contoh tindakan dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga pola pikir yang selama ini salah kaprah akan menemukan jalurnya kembali, bukan dengan membenarkan yang biasa tetapi dengan membiasakan yang benar.Berikut ini beberapa cerita menarik yang dapat kita renungkan:

1. Seorang Pemimpin yang notabene gaji (penghasilannya) lebih besar dari pada anak buahnya biasanya sering ditraktir makan oleh anak buahnya. Selain itu pada momen-momen tertentu misalnua hari raya, ulang tahun, dan perayaan-perayaan lainnya sering mendapatkan hadiah/parcel dari anak buahnya. Bukankah orang yang lebih mampu seharusnya memberi kepada yang lebih lemah,?bukankah seharusnya yang di atas memberi kepada yang di bawah? Lalu kenapa yang terjadi adalah sebaliknya ? Yang pasti ada sesuatu yang tidak beres dalan hubungan ini. Siapa yang salah kaprah?hidup yang aneh??!

2. Dalam sebuah protes,demontrasi atau apapun yang sifatnya memprotes suatu kebijaksanaan, sering kali terjadi tuntutan yang intinya mengatakan “kalau tuntutan saya tidak dipenuhi maka tuntutan yang lainpun tidak usah dipenuhi semua”. Sebagai contoh tuntutan kenaikan gaji isi protesnya adalah “Kami minta Naik gaji”. Pihak manajemen diprotes oleh pekerjanya untuk menaikan gaji dan akhirnya kemudian pihak manajemen memutuskan untuk menaikan gaji salah satu devisi saja maka tuntutan dari para pekerja akan berubah menjadi : “ Kalau tidak semua naik gaji lebih baik tidak sama sekali”. Jadi logikanya akan terbalik, lebih baik semua tidak senang daripada ada yang senang dan ada yang tidak senang, padahal secara logis tentu pertama yang terbaik adalah semua senang, kemudian yang kedua ada yang senang ada yang tidak, dan yang terakhir (ketiga ) atau yang terburuk adalah semua tidak senang. Kenapa mereka malah memilih yang terburuk (ketiga) kalau ada yang pertama atau yang kedua. Tindakan seperti ini sama halnya dengan tindakan setan ketika terusir dari surga bersama Adam dan Hawa. Setan lebih berpikir untuk hancur bersama dengan menggoda Adam dan Hawa. Pada akhirnya keinginan setan itu tercapai dengan diturunkannya Adam dan Hawa beserta setan ke dunia ini. Siapa yang salah kaprah??

3. Anda tentu pernah berhitung masalah pengeluaran untuk kebutuhan anda sehari-hari. Tetapi pernahkah anda berpikir kalau anda telah salah dalam menerapkan konsep pengeluaran? Ketika anda makan di restoran dan menghabiskan Rp. 100.000,- untuk sebuah hidangan yang lezat tentu anda akan puas walaupun kenikmatan itu hanya berlangsung sesaat (tidak sampai 6 jam). Tetapi sadarkah anda bahwa anda akan berpikir dua, tiga atau mungkin memutuskan untuk membatalkan jika anda ingin membeli sebuah buku dengan harga Rp. 50.000,- , atau tangan anda merasa berat sekali jika ingin memberikan sumbangan untuk anak yatim atau pembangunan masjid sebesar Rp. 50.000,- padahal kenikmatan dan hasil yang akan anda rasakan akan berlangsung lama. Manfaat ilmu pengetahuan dan sodaqoh adalah tidak pernah habis.Sedangkan untuk kenikmatan makan dan minum tidak sampai sehari akan hilang. Siapa yang salah kaprah ??

4. Suatu saat Amir menemukan sebuah dompet di jalan umum. Di dalam dompet tersebut berisi uang, KTP dengan alamat yang jelas, foto, Kartu ATM dan sebagainya. Lalu Amir memutuskan untuk mengambil uangnya saja dan mengembalikan isi lainnya kepada pemiliknya, sang pemilik senang bukan kepalang, berterima kasih lalu memberikan imbalan kepada Amir. Melihat tindakan Amir kebanyakan dari kita tentu akan mengatakan wajar, sudah mending, bagus juga, dan sebagainya yang secara ekplisit tidak menyalahkan tindakan Amir walaupun juga tidak membenarkannya. Padahal jelas tindakan tersebut adalah tindakan yang salah si Amir jelas telah mengambil milik orang lain. Lalu mengapa seorang pencuri bisa mendapatkan ucapan terima kasih dan diberi imbalan pula? Siapa yang salah Kaprah??

4. Tantangan saya adalah beranikah anda mengambil risiko dengan membuang dompet anda dengan KTP beralamat jelas di depan rumah anda sendiri, sekali lagi di depan rumah anda sendiri ! dan berapa persenkah keyakinan anda dompet anda kembali dalam keadaan utuh kepada anda. Dengan demikian kita bisa menilai berapa persen orang yang masih mempunyai nilai kejujuran dalam dirinya.

5. Teman saya ketika masih menjadi pemgusaha kecil-kecilan sering mengeluh kepada saya. Katanya waktunya habis untuk bekerja terus setiap hari sehingga waktu untuk berkumpul, bersilaturahmi atau sekedar nongrong di warung bersama teman-temanpun sudah tidak ada. Hari liburpun dia sibuk terus. Dia berkata “maklum masih merintis usaha jadi sibuk terus, nanti kalau sudah jadi bos saya kan bisa banyak waktu untuk nyantai dan refresing”. Setelah beberapa tahun alhamdulillah teman saya itu telah menjadi seorang pengusaha sukses. Tetapi untuk bertemu dengannya ternyata sekarang lebih sulit daripada ketika dulu. Lalu saya berpikir sebenarnya anak buah dan bos lebih sibuk mana ? ataukah sama2 sibuk ? lalu pada posisi manakah kita bisa dengan santai bisa bersosialisasi dengan lingkungan atau mempunyai waktu untuk keluarga. Jika demikian, lebih baik mungkin kita berada di tengah2 saja….

6. Ketika ada beberapa pemilu entah itu Pemilihan kepala desa, walikota, gubernur bahkan presiden, yang saya tau selama ini bahwa menjadi pemimpin itu merupakan amanah yang berat yang diemban oleh orang yang dipilih menjadi pemimpin. Saya menjadi heran ketika diperhatikan lagi ternyata banyak orang yang ingin memikul beban berat tersebut, dengan berusaha agar terpilih menjadi pemimpin, hebat! Tetapi saya juga menjadi heran kenapa mereka yang ingin memikul beban berat tersebut mengusahakannya dengan cara-cara yang kurang terpuji ? lalu mereka bersyukur sekali ketika benar-benar terpilih, sepertinya mereka baru saja mendapatkan anugerah besar. Lalu timbul pertanyaan apakah menjadi seorang pemimpin itu amanah atau anugerah? Apakah suatu beban atau rejeki ? Siapa yang salah kaprah?

7. Orang makan adalah untuk hidup bukan sebaliknya orang hidup untuk makan. Bicara masalah makan, banyak orang di dunia ini yang tidak bisa makan karena saking miskinnya, tidak punya pekerjaan sehingga otomatis tidak punya penghasilan untuk makan. Mereka yang seperti ini banyak sekali dijumpai di daerah miskin sampai-sampai mereka perlu diberikan pertolongan dokter di rumah sakit dan divonis menderita gizi buruk atau busung lapar. Karena tidak ad pekerjaan sehingga tidak ada uang untuk membeli makanan, karena tidak ada yang bisa dimakan sehingga akhirnya sakit Hal itu memang sudah wajar dan logis. Ada suatu hal yang menurut saya tidak wajar dan tidak logis yaitu ketika seseorang karena saking sibuknya sehingga lupa makan. Padahal kita semua tahu bahwa orang bekerja adalah demi memenuhi kebutuhan hidupnya terutama makan Lebih parah lagi orang inipun sampai perlu ditangani dokter di rumah sakit juga dan mereka divonis terserang penyakit maag akut. Dua sisi yang bertolak belakang mengalami nasib tragis yang sama dan berada pada suatu tempat yang sama. Kalau begini siapa yang salah kaprah ?

8.  Ketika saya masih sekolah dulu setiap ada Pekrjaan Rumah (PR) kadangkala ada perlakuan yang berbeda pada setiap tugas yang saya kerjakan. Jika ada PR yang diberikan oleh seorang guru yang menurut kita killer, galak, menyebalkan maka dengan baik, tepat waktu dan penuh tanggung jawab saya kerjakan PR tersebut. Tetapi jika PR tesebut berasal dari guru yang baik hati, tidak pernah marah, selalu memberikan perlindungan kepada murid-muridnya maka PR tersebut kebanyakan jika memang dikerjakanpun pengerjaannya dengan santai, malas-malasan dan ‘semampunya’. Keadaan ini tidak hanya menimpa saya. Teman-teman lainyapun demikian. Prilaku semacam ini ternyata terbawa terus sampai di dunia manapun, pekerjaan, lingkungan social, rumah tangga dan sebagainya. Orang akan melakukan suatu tugas bukan karena adanya tanggung jawab terhadap tugas tersebut tetapi lebih pada siapakah yang memerintahkan tugas tersebut. Kita lebih ‘menurut’ pada orang yang kita benci sehingga orang yang kita benci tersebut akan tetap membencikan. Sedangkan orang yang baik hati karena tidak pernah diindahkan maka akan menjadi orang yang membenci kita pula. Siapakah yang salah kaprah ?

9. Rambu-rambu lalu lintas dibuat untuk memudahkan pengaturan lalu lintas lalu mengapa kebanyakan di tiap traffic light harus ditunggui oleh petugas (polisi)?kalau masih harus di jaga mungkin lebih efektif jika tidak usah di beri traffic light, diatur saja oleh petugasnya, benar ngga ya? Rambu-rambu dibuat untuk mengatur masyarakat atau untuk memudahkan polisi bertugas, atau untuk kedua-duanya? Yang salah masyarakatnya atau petugasnya?

10. Kebanyakan orang melihat, memperhatikan dan menuruti akan suatu hal bukan karena apa yang disampaikannya tetapi siapakah yang menyampaikannya. Jadi Jika anda masih bertampang muda, dengan pakaian yang seadanyadan tidak mempunyai title atau jabatan apapun tentu tidak akan didengar ucapannya walaupun ucapan yang anda sampaikan adalah sesuatu yang benar dan bagus. Jadi, bagi sebagian orang, pintar saja belum cukup meyakinkan, tanpa tampang dan embel-embel yang meyakinkan. Sebenarnya ilmu dan penampilan lebih penting mana? Kecenderungan manusia dewasa ini adalah membenarkan yang biasa bukannya membiasakan yang benar. Coba anda perhatikan, benar tidak?

11. Cobalah anda berhayal mendapatkan hadiah undian sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah), berapakah yang akan anda sisihkan untuk memberi kepada orang lain entah itu saudara anda, yayasan yatim piatu, teman anda atau siapa saja. Mungkin kurang dari 50%nya atau lebih? Ah paling besar mungkin hanya 2,5%, itupun hanya buat pantes2 karena agama menganjurkan demikian. Mengapa tidak anda sumbangkan saja 90%nya atau seluruhnya saja anda sumbangkan? Jika hanya dalam hayalan saja anda berbuat kikir apalagi dalam kenyataannya? Toh dengan memberikan 100% dari khayalan anda, anda tidak akan dirugikan sepersenpun? Betul tidak?

12. Saya teringat akan sebuah cerita dari sebuah buku yang pernah saya baca. Pada suatu hari datanglah seorang yang sedang mengalami kesulitan meminta bantuan kepada gurunya. Ia bercerita bahwa rumah tinggalnya saat ini sangat sumpek dan sempit sekali. Dalam satu rumah yang kecil terdapat delapan anak belum lagi mertua yang ikut menumpang padanya, sedangkan untuk membeli rumah baru ia belum memiliki uang. Sebenarnya dengan delapan anak saja ia sudah merasa bahwa rumahnya terlalu kecil tetapi kini ia semakin kesal karena mertuanya yang memang orang kurang mampu ikut menumpang tinggal untuk waktu yang tidak tahu entah sampai kapan. Setelah bercerita panjang lebar mengenai keluh kesahnya sang guru kemudian memberikan resep yaitu menyuruh kepadanya agar memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Walaupun dengan tanda tanya besar tetapi akhirnya ia turuti saja perintah sang guru. Satu bulan kemudian ia kembali lagi menemui sang guru lalu bercerita bahwa rumahnya sekarang semakin runyam dengan kehadiran beberapa ekor ayam. Pada intinya ia menyalahkan saran yang diberikan gurunya bulan lalu dan meminta saran selanjutnya. Setelah berpikir sejenak sang guru kemudian memerintahkan agar memelihara beberapa ekor kambing di rumahnya. Dengan agak keheranan akhirnya ia mengikuti petunjuk gurunya dengan memelihara beberapa ekor kambing di rumahnya. Jadi saat ini disamping anak, istri dan mertuanya, dirumah tersebut ada beberapa ekor ayam dan beberapa ekor kambing. Satu bulan kemudian ia kembali lagi menemui sang guru lalu bercerita bahwa rumahnya saat ini sudah seperti neraka. Kotoran kambing dan ayam ada dimana-mana. Belum lagi suara gaduhnya yang mengganggu tidak menegenal waktu. Istri dan mertuanya menyalahkan dia. Pada intinya ia sudah tidak betah lagi tinggal dirumahnya dan igin segera pergi saja. Sang guru kembali berpikir keras, hingga pada akhirnya ia memerintahkan agar ayam-ayam yang telah dipeliharanya selama dua bulan ini ia jual semuanya. Ia menuruti perintah sang guru dengan menjual semua ayam-ayamnya. Satu bulan kemudian ia kembali lagi dan mengatakan bahwa rumahnya sudah agak mending sudah tidak terlalu bising seperti dulu tetapi masih saja terlihat semrawut, bau dan jorok karena banyak kotoran kambing. Lalu sang guru memerintahkan agar ia menjual semua kambing-kambingnya. Seperti biasanya ia menuruti perintah sang guru lalu pulang dan menjual semua kambing-kambingnya. Bulan berikutnya ia kembali kepada si guru dan mengucapkan terima kasih kepada gurunya. “Alhamdulillah keadaan rumah saya sekarang sudah tenang dan bersih, ayam-ayam dan kambing-kambingnya sudah saya jual semua”, katanya dengan wajah yang gembira. “Sekarang saya bisa tidur dengan tenang, anak-anak, istri serta mertua sayapun sudah bisa hidup dengan tenang”. Sang guru hanya manggut-manggut saja sambil tersenyum puas karena telah memberikan solusi yang baik pada muridnya. Kebanyakan dari kita memang sukar untuk mensyukuri nikmat Allah sebelum Allah memberikan cobaan pada hal lain.

13. Kita sering mendengar kesalah kaprahan atau memang sekedar ucapan omomg kosong saja. Misalnya pada saat bulan ramadhan ketika orang sedang menjalankan ibadah puasa, lalu ada beberapa orang yang sedang bergosip,maka kita akan mengatakan “eh..bulan puasa ngga boleh ngomongin orang loh”, lalu obrolan ibu hamil “eh..sedang hamil ngga boleh menyisa binatang loh” dan hal-hal lain pada saat-saat tertentu lainnya. Padahal kita secara sadarpun tau kalau hal-hal yang buruk seperti bergunjing, berbohong, melihat sesuatu yang menimbulkan syahwat, menyiksa binatang dan lain-lain yang tidak baik memang dilarang bukan hanya pada waktu-waktu tertentu saja.. Cerita seperti ini sudah umum terutama pada anak-anak sehingga pola pikir yang terbentuk hingga dewasa akan menjadi salah. Keadaan inilah yang dapat menimbulkan kerusakan berulang-ulang. Kebaikan yang terjadi pada saat ramadhan tidak akan terulang dibulan-bulan berikutnya. Demikian juga kebaikan pada saat hamil akan hilang setelah melahirkan.

14.  Sering kita melihat bahkan mungkin kita sendiri yang melakukannya, ketika anak kita yang masih kecil jatuh menangis karena tersandung batu atau kepalanya terbentur tembok, kita akan spontan mengatakan bahwa batu atau tembok itu jahat lalu kita pukul batu atau tembok tersebut dengan harapan agar si anak menjadi diam karena yang menyebabkan dirinya sakit sudah dibalas dengan di pukul oleh orang tuanya. Tetapi sadarkah kita jika perbuatan tersebut sebenarnya suatu tindakan yang salah. Perbuatan itu secara tidak sadar telah mengajari si anak untuk mencari kambing hitam atas kesalahan yang sebenarnya dilakukannya sendiri karena tidak hati-hati. Maka janganlah heran jika dikehidupan kita banyak orang yang selalu mencari kesalahan orang lain. Banyak orang berpikir sempit atau kerdil terutama ketika menghadapi persaingan yang ketat.

15. Ketika saya bersekolah dari SD hingga perguruan tinggi banyak menemui teman-teman yang malas berbagi pengetahuan karena menganggap saya adalah saingan. Mereka berpikir sempit bahwa persainagan ilmu pengetahuan hanya sebatas satu kelas atau mungkin satu sekolah. Persaingan yang terjadi adalah dengan membuat lawan menjadi bodoh sehingga kita terlihat pintar, bukankah sebaiknya dengan membuat lawan pintar sehingga kita lebih pintar lagi untuk memenagkan persaingan, yaitu persaingan yang lebih luas dari sekedar satu kelas, satu sekolah atau satu perguruan tinggi ? Karena di luar ruang kelas dan sekolah masih luas persaingan dalam ilmu pengetahuan. Yang lebih mengagetkan lagi ternyata hal itu terus berlangsung hingga di dunia kerja. Persaingan antar devisi, unit kerja atau antar pribadi lebih mengarah pada pengkerdilan “lawan” yang dalam konteks ini adalah teman kerja kita sendiri, sehingga perusahaan tempat kita bekerja hanya akan jalan ditempat. Para pekerja tidak berpikir bersaing dengan perusahaan lain tetapi berusaha bersaing dengan lingkungan kerjanya sendiri yang tanpa disadari akan mengkerdilkan perusahaan tempatnya bekerja.

16.  Lain dibibir lain dihati, kalimat itu bukan sekedar sebuah lirik lagu tetapi sudah menjadi hal yang lumrah dalam kehidupan kita. Mengajak orang lain bercermin ternyata sangat sulit, pencipta lagu seperti ebiet g ade mengatakannya lewat sebuah lagu yang syairnya “tengoklah ke dalam sebelum bicara…singkirkan debu yang masih melekat….” Banyak orang hanya bisa berkomentar, menyindir, menggunjing, mencaci dan sebagainya, tanpa pernah berpikir dan bercermin lebih dalan mengenai kehidupan ini. Ketika terdengar berita seorang pejabat yang tertangkap karena korupsi atau menerima suap, banyak yang berkomentar keras mengenai itu. Ucapan yang berupa peringatan keras memang perlu dan wajar tetapi sadarkah kita bahwa kitapun banyak melakukan kesalahan, kecurangan dan tindakan-tindakan tercela lainnya yang besarannya sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Jadi, jangan bangga kita mengatakan bahwa diri kita jujur, tidak pernah mencuri, tidak pernah menerima suap, tidak korupsi, sebelum kita dihadapkan dengan hal tersebut. Wajar saja kita tidak pernah menerima suap karena memang tidak pernah ada yang menyuap. Jangan bangga kalau kita tidak pernah melakukan cybercrime karena memang tidak tahu caranya. Jangan bangga kalau kita tidak pernah melakukan korupsi karena tidak ada yang bisa dikorup. Jika mengutip kitab suci al quran dikatakan . “ Tidaklah sesorang dikatakan beriman sebelum Aku mencobanya”

17. Sering kali kita menyesali suatu kejadian di masa lampau., tetapi sadarkah kita sebenarnya yang lebih penting adalah kita harus ingat jangan sampai kejadian hari ini akan kita sesali pula di masa datang. Misalkan saja saat ini kita menyesali nasib kenapa hidup saat ini begitu susah, lalu teringatlah pada masa sekolah dulu tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan seperti malas belajar, suka berkelahi, suka membolos dan lain-lain. Lalu timbulah penyesalan itu, seandainya dulu aku rajin belajar tentu hidupku tidak akan sesulit sekarang, seandainya dulu aku mendapatkan nilai yang bagus tentu aku akan mendapatkan pekerjaan yang bagus dengan gaji yang tinggi, seandainya dulu aku tidak malas tentu aku sudah mempunyai toko yang besar dan menjadi wiraswasta yang sukses serta lain-lain penyeselan yang timbul. Bergunakah semua itu? Jawabannya adalah TIDAK! Sebaiknya kita sadar dan berpikir lebih jauh ke depan, jangan sampai keadaan saat ini akan kita sesali pula beberapa tahun lagi, tanyakan teman-teman, saudara,tetangga, kerabat, rekan kerja yang lebih tua dari kita. Apa yang mereka sesali ketika berumur sama dengan kita sekarang, semoga kita bisa memperbaiki diri kita dengan belajar dari orang yang lebih tua. Semoga……

18. Mungkin jaman ini adalah jaman materialistis, harta,uang jabatan menutupi mata batin, menutupi jalan hidup kita. Di lingkunagn sekitar banyak kita temui permasalahan-permasalahan hidup yang sebenarnya buah dari sifat materialistis. Wahai saudara sadarlah bahawa semua harta,uang dan jabatan yang diperoleh adalah demi mencapai kesejahteraan. Tetapi anehnya banyak orang yang justru tidak sejahtera dengan semua itu. Demi mencapai kekayaan banyak orang rela meninggalkan keluarga, menteerlantarkan anak, bercerai dengan pasangan hidup, bahkan melakukan tindakan-tindakan yang melanggar etiket seperti membunuh, menipu dan sebagainya. Kita harus menegaskan kembali dalam pikiran bahwa tujuan dari kerja keras kita di dunia adalah untuk kesahteraan diri dan keluarga serta keselamatan di akhirat kelak. Ingat bukan uang dan jabatan! Ada banyak alas an seseorang untuk membenarkan atau mencari –cari alas an atas kesalahan yg diperbuatnya. Sebagai contoh ketika ada seseorang yang sedang kesulitan kuangan tiba-tiba menemukan dompet berisi uang dan KTP dengan alamat yang jelas. Ada dua tindakan yang mungkin dilakukan. Pertama ia mengembalikan dompet beserta uangnya kepada si pemilik berdasarkan alamat KTP tersebut. Kedua ia tidak mengembalikan justru menggunakan uang tersebut untuk kepentingannya. Ketika ia melakukan tindakan kedua maka ia akan beralasan untuk membenarkan tindakannya itu, Ia akan bergumam bahwa itu adalah rejeki dari Tuhan untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya. Tetapi kita semua tidak akan bisa membohongi hati nurani bahwa perbuatan itu adalah salah. Bagaimana dengan anda?

No comments: